Buah naga
(Dragon Fruit) kini makin akrab telinga kita. Padahal hingga tahun 2001,
buah ini hanya bisa dijumpai di Israel, Australia, Thailand, dan
Vietnam. Sekarang, buah ini mudah dijumpai di pasar swalayan di
Indonesia.
Anton
Mulyadi (40 tahun), tenaga pendidik di sebuah sekolah menengah pertama
di Jakarta, setahun lalu sering mengalami gangguan panas dalam. Bila
gangguan itu datang, pada langit-langit mulut dan lidahnya timbul
seriawan atau sariawan.
Meski
mengganggu, Anton tak terbiasa minum obat sebagai penawar. Ia percaya,
seminggu lagi sariawan itu akan hilang dengan sendirinya. “Tentu, saya
tetap merasa tak nyaman ketika harus mengajar murid-murid,” tuturnya.
Beruntung
Anton punya kerabat seorang sinse yang berpraktik di daerah Cikini,
Jakarta. Anton disarankan mengunyah sebutir buah naga daging putih
masak. Ia melakukan hal yang sama keesokan harinya. Ajaib, luka-luka
kecil di lidah maupun di langit-langit mulutnya langsung sembuh.
Sebenarnya
buah naga telah lama dikenal oleh masyarakat Cina kuno sebagai buah
yang membawa berkah, sehingga sering diletakkan di dekat patung naga di
altar klenteng. Buah bernama Cina Feuy Long Kwa ini di Vietnam dikenal
sebagai Thang Loy, Keaw Mang Kheon (Thailand), Shien Mie Kuo (Taiwan),
Pitahaya (Meksiko), Melano (Hawaii), Rhino Fruit (Australia), di Inggris
disebut Dragon Fruit. Di Indonesia, buah ini dikenal dengan nama Bum
Naga.
Tanaman
ini asli Meksiko, Amerika Selatan bagian utara, dan menyebar ke
negara-negara di sekitarnya, termasuk Guyama. Pada awalnya, buah naga
dibawa ke kawasan Indocina oleh seseorang berkebangsaan Perancis pada
sekitar tahun 1870, dari Guyama, sebagai hiasan. Alasannya sederhana,
sosoknya unik dan bunganya cantik berwarna putih. Waktu mekar pada malam
tanggal 1 dan 15 kalender Komariah, ia mengeluarkan bau harum.
Suku
Aztek, penduduk asli Amerika Tengah dan Amerika Selatan, sudah lama
memetik buah naga liar dari hutan sebagai sumber pangan. Sekarang buah
naga sudah menjadi komoditas ekspor negara Vietnam. Bahkan, maskapai
penerbangan Vietnam Airlines menghidangkan buah ini sebagai pencuci
mulut dalam setiap penerbangan ke Eropa.
Empat Jenis
Jenis
buah naga ada empat macam. Pertama, buah naga daging putih (Hylocereus
undatus). Kulit merah buah ini amat kontras dengan daging putih di
dalamnya. Di dalam daging itu bertebaran biji hitam. Jenis ini mudah
dijumpai di pasar lokal maupun mancanegara. Bobot rata-rata per buah
400-500 gram, ada juga yang hingga 650 gram.
Buah
jenis ini bercita rasa manis bercampur masam segar, mempunyai sisik atau
jumbai kehijauan di sisi luar, serta kadar kemanisannya tergolong
rendah dibandingkan dengan buah naga jenis lain. Kadar kemanisan 10-13
brik. Tanaman ini sangat cocok ditanam di lahan kering, dan dalam sekali
tanam usianya bisa bertahan sampai 20 tahun.
Kedua,
buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus). Sosok tanaman jenis ini
lebih kekar. Di bagian batang dan cabang, jarak antarduri tampak lebih
rapat. Bobot buahnya rata-rata 400-500 gram. Dagingnya berwarna merah
keunguan. Kadar kemanisan 13-15 brik.
Ketiga,
buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis). Batangnya
lebih besar dan berwarna loreng ketika tua. Kulit buah merah dan
berjumbai. Ukuran buahnya rata-rata 400-500 gram. Tingkat kemanisan
13-15 brik.
Keempat,
buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus).
Penampilannya khas dengan kulit kuning dan tanpa sisik atau jumbai.
Tekstur kulit cenderung halus, seperti apel, sehingga dijuluki kaktus
apel. Kadar kemanisan 15-18 brik. Ukuran buah 80-100 gram.
Menurut
Djoko Raino Sigit, pengembang tanaman buah naga daging putih di Malang,
Jawa Timur, dan Delanggu, Jawa Tengah, untuk menanam buah naga, kita
terlebih dahulu menyiapkan tiang penopang karena tumbuhan ini tidak
punya batang primer yang kokoh. Dapat digunakan tiang dari kayu atau
beton dengan ukuran 10 x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapkan
ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi
besi berbentuk lingkaran untuk penopang dari cabang tanaman.
Sebulan
sebelum tanam, terlebih dulu dibuat lubang dengan ukuran 40 x 40 x 40
cm dengan jarak tanam antara 2 hingga 2,5 m. Dalam 1 hektare ada sekitar
2.000 lubang tanam penyangga. Pada setiap tiang atau pohon penyangga
itu dibuat 3 hingga 4 lubang tanah dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang
penyangga. Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang sebanyak
5-10 kg dicampur dengan tanah.
Tanaman
ini bisa diperbanyak dengan cara stek dan biji. Namun, pada umumnya
ditanam dengan cara stek. Dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang
25-30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran
tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
Setelah
bibit berumur kurang lebih 3 bulan, bibit siap dipindahkan atau ditanam
di lahan. Dalam 2 tahun pertama, setiap tiang penyangga mampu
menghasilkan buah 8-10 buah. Musim panen terbesar buah ini terjadi pada
bulan September hingga Maret.
Tiap
pohon berumur satu tahun minimal bisa menghasilkan buah sebanyak tiga
kilogram. Bila dijual di tempat harganya Rp 27.000 per kg, dan kalau
sudah sampai toko buah atau pasar swalayan antara Rp 35.000-400.000 per
kg. Tanaman ini mampu berbuah 3 kali setahun.
Persyaratan
tumbuh adalah ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20-500 m di
atas permukaan laut. Kondisi tanahnya gembur, banyak mengandung bahan
organik dan unsur hara, pH tanah 5-7. Sediaan airnya harus cukup karena
tanaman ini peka terhadap kekeringan, meski akan membusuk bila kelebihan
air. Tanaman ini juga membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh
untuk mempercepat proses pembungaan.
Aneka Khasiat
Tanaman
yang buahnya berbentuk bulat lonjong mirip buah nanas ini, kaya akan
vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok
untuk diet. Dijelaskan Sinse David dari Klinik Cikini, Jakarta, buah
naga selain mempunyai nilai ekonomis tinggi, juga berkhasiat. Masyarakat
Eropa mempercayai buah naga ini mampu menurunkan kolesterol,
menyeimbangkan kadar gula darah, mencegah kanker usus, menguatkan fungsi
ginjal, tulang, dan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata,
mengobati keputihan, dan sebagai pelindung kesehatan mulut, termasuk
sariawan.
Cara
sederhana, buah naga dimakan segar, setelah masak dan empuk. Buah
dibelah jadi dua, lalu daging buahnya yang putih bertabur biji hitam
kecil diambil menggunakan sendok. Biji buah ini dapat langsung dimakan,
seperti biji selasih. Buah naga segar dikonsumsi sebagai penghilang
dahaga karena kandungan airnya sangat tinggi, sekitar 90,2 persen dari
berat buah.
Pemanfaatan
buah ini tak melulu segar. Hasil uji Research Institute of Fruits and
Vegetables (RIFAV) di Gia Lam, Ha Noi, Vietnam, buah naga layak
dikalengkan. Di California, bunganya dijadikan salad.
Dari
beberapa literatur disebutkan, prajurit Spanyol yang menyerbu Amerika
Latin meyakini bahwa memakan buah ini dapat mencegah kulit busik. Daging
buahnya dapat difermentasi untuk menghasilkan minuman beralkohol.
Buah
yang unik ini juga pantas dijadikan buah tangan. Holtikulturis Dr.
Elaine Solowey dari Natural Medicine Research Unit (NMRU) di Hebrew
University Hadassah Medical Center di Jerusalem, menghadiahi Dalai Lama
buah ini usai belajar pengobatan tradisional di Tibet.
0 comments:
Post a Comment
Tolong berikan tanggapan tentang artikel yang sudah anda baca. Terimakasih, bila anda menyampaikan kritik, karena kritik, membuat blog ini menjadi lebih baik.